BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan yang dipisahkan oleh
laut antara pulau yang satu dengan pulau yang lain. Laut Indonesia terkenal
akan keindahan dan kekayaan isinya. Laut Indonesia terlihat indah dengan
biotanya yang beraneka ragam. Salah satunya yaitu algae. Algae merupakan
tumbuhan thallophyta yang belum dapat dibedakan antara batang, daun maupun
akarnya.
Thallophyta adalah
tumbuhan yang belum memiliki daun, akar dan batang yang jelas dan Thallophyta
merupakan tumbuhan yang bertalus termasuk diantaranya adalah golongan jamur /
fungi, bakteri dan ganggang / alga. Yang termasuk golongan Thallophyta adalah
ganggang (alga), jamur (fungi), dan lumut kerak (lichenes). Alga merupakan
kelompok organisme yang bervariasi baik bentuk, ukuran, maupun komposisi
senyawa kimianya. Alga ini tidak memiliki akar, batang dan daun sejati. Tubuh
seperti ini dinamakan talus. Alga bereproduksi dengan aseksual dan seksual.
Alga ada yang hidup secara soliter dan berkoloni (Aslan, 1991.)
Jika kita berkunjung ke sebuah pantai, sering kita jumpai di
bibir pantai seperti rumput. Nah itulah yang disebut dengan algae. Algae banyak
tersebar diseluruh laut Indonesia dan algae yang ada di Indonesia banyak
jenisnya. Beberapa jenis algae bernilai ekonomis. Algae dapat dibidudayakan di
laut dan dapat dimanfaatkan sebagai sayuran, bahan pembuatan agar-agar, bahan
pembuatan kosmetik, dan masih banyak lagi.
1.2 Tujuan
Disetiap pekerjaan pasti ada tujuan, seperti melakukan
praktikum Taksonomi Tumbuhan Rendah. Sudah pasti memiliki tujuan yang salah
satunya adalah untuk membuktikan teoriteori yang ada pada mata kuliah Taksonomi
Tumbuhan Rendah. Sehingga kita belajar tidak hanya sekedar teori namun perlu
pembuktian secara langsung atau terjun ke lapangan ( praktikum). Tujuan
peraktikum yang lain adalah untuk menyelesaikan salah satu SKS yang ada pada
mata kuliah Taksonomi Tumbuhan Rendah yang wajib ditempuh oleh setiap mahasiswa
yang mengambil mata kuliah Taksonomi Tumbuhan Rendah.
1.3 Manfaat
Hasil dari penelitian dan pengamatan di Pantai Kondang Merak
ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Menambah ilmu dan pengetahuan,
khususnya Mahasiswa Jurusan Biologi UIN Maliki Malang
2. Pengetahuan tentang dunia laut
3. Memanfaatkan pembudidayaan botani di
laut
4. Informasi bagi produsen tentang
dunia laut
BAB II
METODOLOGI PENELITIAN
2.1 Waktu
dan Tempat
Pengamatan ini dilakukan pada :
Hari :
Kamis – Jum’at
Tanggal : 15 –
16 November 2012
Pukul :
Pengamatan 1 16.00 WIB
Pengamatan 2 08.00 WIB
Tempat : Pantai Kondang Merak - Malang
2.2 Alat
dan Bahan
2.2.1 Alat
Berikut adalah alat yang digunakan dalam pengamatan :
1. Alat Tulis
2. Ice box
3. Toples
4. Alat dokumentasi (kamera digital)
2.2.2 Bahan
Berikut adalah bahan yang digunakan
dalam kegiatan ini :
1. Es
2. Kertas label
3. Bahan herbarium
2.3 Cara
Kerja
1. Di lakukan penyisiran di pantai
Kondang merak untuk mengamati adanya alga
2. Di amati 1 sampai 3 spesies untuk di
amati dan di identifikasi
3. Di buat sebagai herbarium untuk di
letakkan di Laboratorium
BAB III
HASIL DAN
PEMBAHASAN
3.1 Hasil
·
Rodhymenia ligulata
Hasil Pengamatan
|
Berdasarkan literatur
|
|
![]()
(
Negoro,2007)
|
Klasifikasi dari Rhodymenia ligulatia
Kingdom:Plantae
Divisi:Rhodophyta
Kelas:Rhodophyceae
Ordo:Rhodymeniales
Family:Rhodymeniaceae
Genus:Rhodymenia
Spesies:Rhodymenia
ligulata
Dari hasil pengamatan di lapangan, spesies ini bercirikan yaitu
berbentuk lembaran, tekstur tubuhnya lembek dan sedikit transparan. Spesies ini
trmasuk kedalam kelompok alga merah. Rhodymenia sp juga termasuk ke
dalam algamerah karena alga ini
mempunyai pigmen warna merah, tapi walaupun begitu alga ini berwarna
kehijauan, thallusnya silindris dengan mempunyai cabang. Rhodymenia sp
merupakan salah satu alga yang menghasilkan bahan agar-agar.
Rumput laut merupakan
tumbuhan berklorofil yang hidup dengan melekatkan diri pada substrat perairan
menggunakan holdfast sehingga rumput laut tidak mudah berpindah oleh gerakan
air. Rumput laut banyak tumbuh di daerah pasang
surut yang perairannya jernih dan menempati substrat tertentu yang sesuai
dengan kehidupannya (Kadi, 2005).
Sulistyowati (2003) dan Kadi (2004) menyatakan
bahwa jenis substrat merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap
keanekaragaman rumput laut di perairan pantai Indonesia. Selain jenis substrat,
banyak faktor fisik lain yang mempengaruhi keanekaragaman rumput laut seperti
suhu, cahaya matahari, gerakan air dan faktor kimia seperti salinitas, derajat
keasaman (pH), dan zat hara serta faktor biologi [1]seperti
pemangsaan oleh ikan herbivora dan kompetisi antar jenis rumput laut (Graham
& Wilcox, 2000)
Menurut Handayani (2006), beberapa jenis
rumput laut dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku beberapa industri seperti
industri makanan, tekstil, keramik, kosmetik, pupuk dan fotografi. Gumay et al., (2002) dan Kadi (2004)
menyatakan beberapa rumput laut yang bernilai ekonomis berasal dari marga Gracilaria, Gelidium, Hypnea, Eucheuma, Turbinaria, Sargassum, Laurencia,
Ulva, Enteromorpha, Caulerpa, Chaetomorpha, Dictyota, Halimeda, Velonia,
Galaxaura, Chondrus, Ecklonia, Gelidiopsis, dan Rhodymenia. Beberapa rumput laut juga
dapat digunakan sebagai obat. Potensi rumput laut sebagai obat sangat penting
untuk dikembangkan mengingat kebutuhan akan obat semakin meningkat dengan
adanya pertambahan penduduk dan banyak macam penyakit seperti kanker, penyakit
hipertensi, penyakit tumor dan penyakit akibat pencemaran limbah kimia maupun
biologis. Saat ini masyarakat lebih cenderung memilih obat yang bersifat alami
karena efek samping yang relatif sedikit bahkan tidak ada sama sekali.
Mengingat akan kekayaan alam yang terkandung di lautan,
khususnya di pantai maka sebagai langkah
awal penggalian sumber hayati laut diteliti jenis-jenis rumput laut yang
berpotensi sebagai tanaman obat yang terdapat di daerah pasang surut Rancababakan Nusakambangan Cilacap . Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
jenis - jenis rumput laut yang ada di
pantai Kondang Merak yang berpotensi sebagai tanaman obat.
Rhodymenia dapat digunakan sebagai antifermivuge (obat
cacing). Di kawasan Asia Timur spesies Rhodymenia indica digunakan sebagai obat
cacing. Beberapa spesies dari marga Eucheuma
di Filipina digunakan sebagai bahan obat batuk
(Handayani,2000).
·
Sargassum
polycystum
Hasil Pengamatan
|
Berdasarkan literatur
|
![]()
(
Achmad,2000)
|
Klasifikasi tumbuhan Sargassum polycystum adalah
sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Phaeophyta
Kelas : Phaeophyceae
Ordo : Fucalez
Family : Sargassaceae
Genus : Sargassum
Species :Sargassum polycystum
Dari hasil pengamatan didapat kan
bahwa spesies ini atau Sargassum
polycystum ini adalah spesies terbanyak kedua setelah ulva lactuka yang ada di habitatnya yaitu pantai Kondang merak. Spesies
ini termasuk kedalam divisi alga coklat. Ciri-ciri umum dari marga ini adalah
bentuk thallusnya silindris atau gepeng, cabangnya rimbun layaknya pohon di
darat, bentuk daunnya melebar atau memanjang seperti pedang. Hidup secara
soliter.
Spesies ini berwarna coklat,
mempunyai holdfast, axis (cabang utama) dan branch. Tubuh alga ini didominasi
oleh warna coklat kekuningan, bentuk thallus silindris atau gepeng. Tubuh utama
bersifat diploid atau merupakan sporofit, thallus mempunyai cabang yang
menyerupai tumbuhan angiospermae, thalli agak gepeng, licin, batang utama bulat
agak kasar. Spesies ini memiliki air bladder yang berfungsi untuk mengapung
jika terendam air pada saat air di daerah intertidal pasang dan juga sebagai cadangan
air saat terhempas ketepian pantai Alga dari laut ini berasal dari daerah
pantai. Saat mereka terpatah dari induknya, mereka hanyut ke lepas pantai dan
berkembang biak disana. Sargasum sp. terus mengapung dengan bantuan air bladder
dan tumbuh secara vegetatif, perkembangbiakan melalui fragmentasi.
(Sulisetijono, 2009).
Sargassum sp merupakan struktur
talus yang paling kompleks yang dapat dijumpai pada alga perang. Pada alga ini
terdapat diferensiasi ekternal yang dapat dibandingkan dengan tumbuihan berpembuluh.
Talus dari alga ini mempunyai alat pelekat menyerupai akar, dan dari alat
pelekat itu tumbuh bagian yang tegak dengan bagian sederhana atau bercabang
seperti betang pohon dengan batang menyerupai daun dengan gelembung udara
(Sulisetjono, 2009).
Sargassum polycystum merupakan sumber
penghasil alginat. Alginat merupakan polimer organik yang tersusun dari dua
unit monomer yaitu L-asam guluronat dan D-asam manuronat. Polimer alginat yang
bersifat koloid, membentuk gel, dan bersifat hidrofilik menyebabkan senyawa ini
dimanfaatkan sebagai emulsifying agent, thickening agent, dan stabilizing agent
(Pandey,1995).
Polisakarida alginat merupakan
senyawa polimer yang tersusun dari monomer-monomer asam D-mannuronat (M) dan
asam D-guluronat (G). Sifat-sifat fisikokimia seperti viskositas dan rasio
monomer penting artinya dalam pemanfaatan alginat pada berbagai industri,
misalnya industri makanan, minuman, kosmetik, cat, tekstil, dan lain-lain (Pandey,1995).
Viskositas maupun gel strength
merupakan dua karakteristik kunci dalam kualitas alginat. Rasio monomer yang
menyusun alginat juga penting dalam pemanfaatan terutama dalam kaitan sifat
bioaktifnya maupun sifat tekstur dari gelnya. Viskositas maupun rasio monomer
dipengaruhi oleh proses ekstraksi alginat, spesies alginat yang berbeda, dan
tempat tumbuhnya spesies yang sama(Pandey,1995).
Diduga bahwa alginat yang memiliki
rasio M/G > 1 memiliki tekstur yang kenyal dan lebih sesuai untuk
dimanfaatkan dalam kosmetik ataupun penggunaan sebagai moisturizing, sedangkan
alginat yang memiliki rasio M/G < 1 mempunyai sifat bioaktif. Adanya gugus COOH dan polyol dalam asam
mannuronat yang bersifat asam dan bersifat alkohol memungkinkan senyawa ini
menembus ke dalam jaringan-jaringan kulit dan terikat pada lapisan kulit yang
sempurna. Terdapatnya polyol atau struktur polyacidic dari asam mannuronat
dalam alginat mempunyai efek membantu mempertahankan air dalam jaringan kulit.
Apabila mannuronat lebih tinggi daripada guluronat berarti alginat bagus
dimanfaatkan dalam kosmetik (Pandey,1995).
Menurut dr Kurniadi, dokter di RSUD
Raden Mattaher alga, terutama alga cokelat mengandung besi, yodium, dan
mineral-mineral lainnya. Selain itu Sargassum mengandung senyawa untuk
anti-bakteri, anti-tumor, anti-tekanan darah tinggi, mengatasi gangguan
kelenjar, dan penyakit gondok. “Hasil penelitian alga coklat jenis Sargassum
yang potensial untuk bahan makanan dan obat-obatan adalah Sargassum
polycystum,” jelasnya kepada Jambi Independent.
Hasil uji farmakologi, Na-alginat
merupakan senyawa serat yang mudah larut dalam air, membentuk suatu larutan
kental dan tidak bisa dicerna oleh cairan yang disekresi dalam saluran cerna.
Saat larut dalam air, serat natrium alginat membentuk kisi-kisi seperti jala
yang mampu mengikat kuat banyak molekul air dan menahan zat terlarut air dengan
baik. “Serat yang larut dalam air dapat menurunkan kadar kolesterol secara
efektif,” jelas Kurniadi lagi. Karena serat akan mengikat asam empedu yang
berguna untuk mengemulsikan lemak dan kolesterol yang terdapat dalam sistem
saluran cerna, lalu membawanya keluar tubuh bersama dengan tinja sehingga kadar
asam empedu dalam tubuh jadi berkurang (Pandey,1995).
·
Codium guenense silva
Hasil Pengamatan
|
Berdasarkan literatur
|
![]() |
![]()
(
Bachrudin,2010)
|
Berikut ini klasifikasi Codium
genuinense Silva :
Kingdom : Plantae
Filum : Thallophyta
Divisi : Phaeophyta
Kelas : Phaeophyceae
Genus : Codium
Spesies : Codium genuinense Silva
Algae jenis ini mempunyai nama latin
Codium genuinense Silva dengan cirri-ciri tumbuh tegak, konsistensi thallus
seperti spon, warna hijau, melekat pada subtrat padat dengan sejenis rhizoid,
tinggi mencapai 10 cm, thallus tersusun oleh filmen-filamen halus yang
berbentuk unik dan terjalin teratur. Algae jenis ini banyak hidup di zona
pasang surut hingga di subtidal. Menempel pada batu karang atau subtrat padat
lainnya. Algae jenis ini jarang membentuk koloni. Di Pantai Pasir Putih jenis
algae ini juga jarang ditemukan. Bentuknya yang unik, menarik dan lain dengan
algae yang lainnya membuat kami bingung apakah algae satu ini merupakan salah
satu jenis algae atau bukan.
Codium
sp
mempunyai satu inti dan kloroplas. Alga ini tumbuh mendatar pada substratnya
dan bagian atasnya yang bercabang merupakan alat reproduksinya. Sebagian besar
epifit pada alga yang lain atau air. Pada bagian tubuhnya yang lunak bebentuk
lembaran yang tidak berpori (Round,1973).
Algae
jenis ini mempunyai nama latin Codium genuinense Silva dengan cirri-ciri tumbuh
tegak, konsistensi thallus seperti spon, warna hijau, melekat pada subtrat
padat dengan sejenis rhizoid, tinggi mencapai 10 cm, thallus tersusun oleh
filmen-filamen halus yang berbentuk unik dan terjalin teratur. Algae jenis ini
banyak hidup di zona pasang surut hingga di subtidal. Menempel pada batu karang
atau subtrat padat lainnya. Algae jenis ini jarang membentuk koloni. Di Pantai
Pasir Putih jenis algae ini juga jarang ditemukan. Bentuknya yang unik, menarik
dan lain dengan algae yang lainnya membuat kami bingung apakah algae satu ini
merupakan salah satu jenis algae atau bukan (Nybakken,1992).
Untuk
penyebaran, algae jenis ini asli algae tropis yang tersebar di perairan
kepulauan Nusantara. Algae jenis ini tidak dibudidaya oleh masyarakat. Untuk
pemanfaatan, sebagian kecil masyarakat nelayan memanen alge ini dan mengkonsumsinya
untuk sayuran. Untuk potensi usaha kedepan belum diketahui (Dodge,1973).
BAB IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Dari
hasil pengamatan lapangan di pantai kondang merak dapat disimpulkan bahwa pada
habitat pasang surut air laut banyak ditemukan makroalga, dan yang mendominasi
yaitu spesies Ulva lactuka. Selain
itu juga dapat ditemukan spesies baru dan juga yang tidak asing bagi mahasiswa
biologi yaitu :
1. Rhodymenia
ligulata
merupakan spesies yang belum pernah ditemui di dalam Laboratorium. Alga ini
termasuk alga coklat. Bermanfaat untuk bahan kosmetik dan bahan makanan.
2. Sargassum
polycystum
merupakan spesies yang sering ditemui di dalam laboratorium, spesies ini adalah
spesies terbanyak kedua setelah Ulva
lactuka. Bermanfaat pula sebagai bahan makanan yaitu agar – agar.
3. Codium
guenense silva
merupakan spesies yang hamper tidak pernah ditemui dalam Laboratorium. Bermanfaat
sebagai penangkal kanker hati.
4.2
Saran
Dari kegiatan yang telah terlaksana
diharapkan agar kepanitiaan benar – benar terbentuk seutuhnya.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad. 2005. Petunjuk Praktikum
Biologi Laut. Jurusan Perikanan. UGM. Yogyakarta.
Aslan, L. M. 1991. Budidaya Rumput Laut. Kanisius. Yogyakarta.
Bold, 1978. Introduction To The Algae, Structure and Reproduction. New Delhi : Prentice Hall Of India.
Dawes, C. J. 1990. Marine Botany A Wiley Interscience. Publication John Wiley & Sons. New York.
Dodge, J. D. 1973. The Fine Structure of Algae Cells. Academic Press. London.
Loveless, A.R. 1989. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropik 2. PT Gramedia. Jakarta.
Nontji, A. 1993. Laut Nusantara. Penerbit Djambatan, Jakarta.
Nybakken, J. W. 1992. Biologi Laut : Suatu Pendekatan Ekologis. Jakarta : PT Gramedia.
Pandey, S.N. 1995. A Textbook of Algae. Vikas Publishing: Jakarta.
Aslan, L. M. 1991. Budidaya Rumput Laut. Kanisius. Yogyakarta.
Bold, 1978. Introduction To The Algae, Structure and Reproduction. New Delhi : Prentice Hall Of India.
Dawes, C. J. 1990. Marine Botany A Wiley Interscience. Publication John Wiley & Sons. New York.
Dodge, J. D. 1973. The Fine Structure of Algae Cells. Academic Press. London.
Loveless, A.R. 1989. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropik 2. PT Gramedia. Jakarta.
Nontji, A. 1993. Laut Nusantara. Penerbit Djambatan, Jakarta.
Nybakken, J. W. 1992. Biologi Laut : Suatu Pendekatan Ekologis. Jakarta : PT Gramedia.
Pandey, S.N. 1995. A Textbook of Algae. Vikas Publishing: Jakarta.
Sulistijono, 2009.ALGA.Malang : UIN
Press
Taylor, W. R. 1960. Marine Algae of the Eastern Tropical and Subtropical Coast of the Americas. New York : Ann Akbor the University of Michigan Press.
Taylor, W. R. 1960. Marine Algae of the Eastern Tropical and Subtropical Coast of the Americas. New York : Ann Akbor the University of Michigan Press.